Selasa, 12 Maret 2013

Virus

VIRUS
-Virus has ultra-microscopic size, about 20-30 milimikron, so it can only be observed with an electron microscope
-Consists of acid core, the DNA or RNA, and capsid (protein coat that gives shape to the virus)
-Viruses can only reproduce inside a living cell or tissue
-The virus is not a cell, so it does not have cytoplasm, nucleus, or nuclear membrane
-The shape is diverse, such as rods, oval, round, and T
-It is a true parasite
-Can be crystallized

Virus body consists of two parts, the head and tail. 
On the head there is :
-Capsid
Namely the wrapping layer virus body composed of protein. In some types of the virus, the capsid is still there next to the outer wrapper composed of lipids and carbohydrates. Capsid serves to give shape to the virus as well as protection from adverse environmental conditions.

-Genetic material
That is the nature of the molecules that are dropped inside the capsid. Genetic material can be either RNA (ribonucleic acid) or DNA (deoxyribonucleic acid). In the body, the virus has only one type of nuclei acid (nucleic acids), which have RNA or DNA alone, never both.

At the tail there is a tail sheath and tail fibers are essential for virus attachment to the host cell body when it will be reproducing.


REFERENSI : Jago Biologi SMA

Senin, 11 Maret 2013

Perkembangbiakan Virus

CARA HIDUP VIRUS
-       Virus dapat hidup dalam sel-sel hidup makhluk hidup lain yang biasa disebut inang.
-       Virus dapat menyebar dari satu inang ke inang lainnya dan penyebarannya dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
-       Di dalam sel inang, virus dapat bersifat mematikan atau menyebabkan DNA inang menjadi inaktif. Selanjutnya, virus akan menggunakan DNA atau RNA-nya sendiri untuk menginstruksikan sel-sel inang membuat salinan-salinan baru dari virus.

PERKEMBANGBIAKAN VIRUS
Perkembangbiakan virus terjadi dengan dua cara, yaitu siklus litik dan siklus lisogenik.
a.    Siklus Litik
Siklus litik disebut juga siklus ganas atau virulen karena mengakibatkan sel inang pecah (lisis), kemudian mengeluarkan partikel virus baru. Tahap-tahap dalam siklus litik sebagai berikut

-       Adsorpsi, yaitu penempelan (melalui sisi tempel / reseptor site) virus pada dinding sel inangnya.
-       Penetrasi sel inang. Setelah reseptor site melekat pada dinding sel, bagian ini akan mengeluarkan enzim untuk membuka dinding sel inang. RNA atau DNA virus bergerak keluar melalui pipa ekor dan masuk ke sitoplasma sel melalui dinding sel yang telah terbuka.
-       Eklipase. Asam nukleat virus menggunakan asam nukleat inang untuk membentuk bagian-bagian tubuh virus, seperti protein, asam nukleat, dan kapsidnya. Bahan yang digunakan untuk membuat bagian tubuh virus berasal dari protein, enzim, dan asam inti sel inang.
-       Pembentukan virus (bakteriofage) baru. Setelah bagian-bagian tubuh virus terbentuk, bagian-bagian tersebut akan digabungkan menjadi virus baru pada fase ini. Dari satu sel inang akan dihasilkan 100-300 virus baru.
-       Pemecahan sel inang. Akhir dari siklus litik adalah pecahnya sel inang. Di dalam sel inang terbentuk lisoenzim yang mampu melarutkan ikatan kimia dinding sel inang. Setelah dinding sel pecah, keluarlah virus baru yang selanjutnya mencari sel inang lainnya.
 
b.    Siklus Lisogenik
Siklus ini disebut juga siklus tidak ganas atau avirulen karena infeksi virus dalam sel inang tidak akan mengganggu aktifitas sel. Pada siklus lisogenik, proses penggandaan virus berlangsung bersamaan dengan pembelahan sel inang. Tahap-tahap dalam siklus lisogenik sebagai berikut.
-         
-       Adsorpsi
-       Penetrasi asam nukleat virus ke dalam sel inang.
-       Asam nukleat virus melebur pada asam nukleat sel inang membentuk profage.
-       Ketika sel inang membelah (memperbanyak diri), profage akan ikut membelah secara terus-menerus selama ada pembelahan sel inang.
-       Pada tahap tertentu, profage dapat keluar dari sel inang dan masuk ke daur litik

REFERENSI : Jago Biologi SMA

Rabu, 20 Juni 2012

Kelainan dan Gangguan pada Sistem Gerak


Kelainan dan Gangguan pada Sistem Gerak
Kelainan dan gangguan pada tulang
1.      Rakhitis, terjadi pada anak-anak, biasanya tampak pada pertumbuhan yang terganggu dengan kaki berbentuk seperti huruf O atau X. Penyebabnya adalah kekurangan vitamin D.
2.      Osteomalasi, menyerang orang dewasa, penyebabnya adalah kekurangan vitamin D.
3.      Riketsia, penyakit pada anak-anak karena kekurangan kalsium pada matriks tulang.
4.      Memar, terjadi jika selaput sendi sobek. Kerusakan selaput sendi diikuti dengan lepasnya ujung tulang dari sendi disebut urai sendi.
5.      Fraktura  (patah tulang), terdiri atas patah tulang tertutup (patah tulang tidak disertai robeknya kulit), patah tulang terbuka (patah tulang disertai robeknya kulit dan tulang menonjol keluar).
6.      Fisura, tulang retak.
7.      Lordosis, bentuk tulang belakang yang terlalu bengkok ke depan.
8.      Kifosis, bentuk tulang belakang yang terlalu membengkok ke belakang.
9.      Skoliosis, bentuk tulang belakang yang terlalu membengkok ke samping kiri atau kanan seperti huruf S.
10.  Nekrosis, terjadi karena matinya sel-sel tulang yang disebabkan oleh penyakit atau tersumbatnya pembuluh darah.
11.  Mikrosefalus, gangguan pertumbuhan tulang tengkorak sehingga kepala berukuran kecil.
12.  Subluksasi, gangguan tulang belakang pada segmen leher sehingga posisi kepala tertarik ke arah kiri atau kanan.

Kelainan dan gangguan pada persendian
1.      Dislokasi, disebabkan oleh bergesernya sendi dari kedudukan semula karena jaringan penghubungnya (ligamen) sobek.
2.      Ankilosis, suatu keadaan persendian dari kedua ruas tulang yang bersatu sehingga tidak bisa digerakkan sama sekali
3.      Terkilir, suatu keadaan saat ligamen tertarik ke posisi yang salah, tetapi sendi tidak mengalami pergeseran.
4.      Arthritis gout, peradangan sendi akibat timbunan asam urat.
5.      Arthritis osteoartitris, peradangan sendi akibat penipisan tulang rawan sehingga mengganggu pergerakan.
6.      Arthritis eksudatif, peradangan sendi akibat terisinya rongga sendi dengan cairan yang disebut getah radang. Penyebabnya adalah serangan kuman.
7.      Arthritis sika, peradangan sendi akibat berkurangnya pelumas sendi yang membuat sendi terasa nyeri ketika digerakkan.

Kelainan dan gangguan pada otot
1.      Fibrosis, kelainan akibat melemahnya otot-otot rangka dan jantung.
2.      Atrofi otot, penurunan fungsi otot karena kehilangan kemampuan berkontraksi.
3.      Hipertrofi otot, pembesaran otot akibat aktifitas yang berlebihan.
4.      Mistenia gravis, kelainan pada otot rangka karena serangan autoimun pada reseptor di otot.
5.      Kaku leher, terjadi karena peradangan otot trapesius leher yang disebabkan oleh gerakan yang salah.
6.      Hernia Abdominalis,  sobeknya dinding otot abdominal sehingga usus memasuki bagian sobekan tersebut.
7.      Kelelahan otot, karena aktivitas terus-menerus, yang nantinya dapat menyebabkan kram.
8.      Tetanus, otot yang mengalami kekejangan karena berkontraksi terus-menerus.
9.      Distrofi otot, penyakit kronis yang menyebabkan gangguan gerak. Penyakit ini disebabkan oleh adanya cacat genetik

REFERENSI : Jago Biologi SMA, ESIS BIOLOGI KELAS XI

Jumat, 18 Mei 2012

Artikulasi


Hubungan Antar Tulang (Artikulasi)
Berdasarkan sifat geraknya
1.       Sinartrosis
Merupakan hubungan dua buah ujung tulang yang tidak memungkinkan adanya gerakan. Ada dua jenis sinartrosis, yaitu :
-          Sinkondrosis
Merupakan hubungan antar tulang yang dihubungkan oleh kartilago hialin.
Contoh : tulang pada ruas tulang belakang
-          Sinfibrosis
Merupakan hubungan antar tulang yang dihubungkan oleh jaringan ikat.
Contoh : tulang tengkorak
2.       Amfiartrosis
Hubungan antar ujung tulang yang dihubungkan oleh jaringan kartilago, sehingga memungkinkan adanya sedikit gerakan.
Contoh : antara ruas tulang belakang dan tulng rusuk.
3.       Diartrosis
Hubugan antar tulang yang tidak dihubungkan oleh jaringan, sehingga memungkinkan gerakan tulang secara lebih bebas.

Berdasarkan arah geraknya
1.       Sendi peluru
Merupakan persendian yang memungkinkan gerakan ke segala arah.
Contoh : sendi antara tulang paha dan tulang pinggul, lengan atas dengan tulang belikat.
2.       Sendi engsel
Merupakan persendian yang memungkinkan gerakan ke satu arah.
Contoh : sendi pada ruas-ruas jari, siku, dan lutut.
3.       Sendi putar
Merupakan persendian yang memungkinkan gerak berputar atau rotasi.
Contoh  : sendi antara tulang tengkorak dan tulang atlas.
4.       Sedi pelana
Merupakan persendian yang arah geraknya seperti orang naik kuda.
Contoh : sendi antara telapak tangan dan jari-jari tangan
5.       Sendi luncur
Pada sendi ini, kedua ujung tulang agak rata sehingga menimbulkan gerakan menggeser dan tidak berporos.
Contoh : hubugan antar ruas tulang belakang
6.       Sendi ovoid (ellipsoidea)
Memungkinkan gerakan berporos dua dengan gerakan ke kiri dan kanan, maju mundur, serta depan belakang.

REFERENSI : Jago Biologi SMA

Laju Reaksi


Laju reaksi (v) dinyatakan sebagai besarnya perubahan konsentrasi pereaksi atau produk reaksi per satuan waktu. Satuan laju reaksi adalah molar/second.
Kemolaran (molaritas) menyatakan konsentrasi zat, yakni jumlah zat dalam volum yang ditempatinya.
Hukum laju reaksi menyatakan bahwa laju reaksi merupakan fungsi dari konsentrasi zat-zat pereaksinya. Untuk reaksi : aA + bB + . . . à Produk reaksi
Persamaan dari hukum laju reaksinya : v=k [A]m[B]n . . .
Orde reaksi keseluruhan = (m + n + . . .)

Persamaan laju reaksi dapat ditentukan menggunakan metode laju awal, di mana nilai tetapan laju reaksi (k) dan orde reaksi (m, n, …) ditentukan menggunakan data laju reaksi pada konsentrasi awal.
Persamaan laju reaksi yang diperoleh dapat digunakan untuk meramalkan laju reaksi pada berbagai konsentrasi zat-zat pereaksi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi, yakni : pereaksi, konsentrasi pereaksi, luas permukaan sentuh, suhu, dan katalis.

Teori tumbukan menggambarkan pertemuan partikel-partikel pereaksi  sebagai suatu tumbukan. Tumbukan yang dapat menghasilkan partikel-partikel produk reaksi disebut tumbukan efektif. Jumlah tumbukan efektif antar partikel pereaksi per detik inilah yang menetukan besarnya laju reaksi. Semakin banyak tumbukan efektif yang terjadi, semakin cepat laju reaksi.

Ada 2 faktor yang harus dipenuhi untuk terjadinya suatu tumbukan efektif , yakni :
-       Orientasi atau arah partikel yang bertumbukan harus tepat
-       Energi kinetik partikel (Ek) harus lebih besar atau sama dengan energi pengaktifan (Ea).

Energi pengaktifan (Ea) adalah energi kinetik minimum yang diperlukan partikel untuk menghasilkan tumbukan efektif.
Diagram energi potensial menyatakan hubungan antara energi potensial (Ep) partikel-partikel, energi pengaktifan (Ea), dan koordinat reaksi. Koordinat reaksi menyatakan sejauh mana pereaksi telah berubah menjadi produk reaksinya.  

Referensi : ESIS KIMIA KELAS IX

Rabu, 28 Maret 2012

Termokimia

TERMOKIMIA
Termokimia adalah ilmu kimia yang mempelajari kalor reaksi dalam suatu reaksi kimia. Kalor reaksi adalah suatu bentuk energi. Oleh karena sebagian besar reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap, maka kalor reaksi dinyatakan sebagai perubahan entalpi ().

Berdasarkan penyerapan kalor dan pelepasan kalor, reaksi kimia dibedakan menjadi:
-          Reaksi endoterm, yakni reaksi kimia yang melibatkan penyerapan kalor. Nilai ()reaksi adalah positif  ()
-          Reaksi eksoterm, yakni reaksi kimia yang melibatkan pelepasan kalor. Nilai ()reaksi adalah positif  ()

Diagram entalpi menggambarkan perubahan entalpi () pada reaksi kimia (endoterm dan eksoterm).

Persamaan termokimia adalah persamaan reaksi kimia yang menyertakan perubahan entalpi (). Nilai () dalam persamaan termokimia, bergantung pada koefisien reaksinya dan wujud zat.

Perubahan entalpi standar () adalah perubahan entalpi yang diukur pada kondisi standar, yakni pada suhu (298,15 K) dan tekanan 1 atm. Perubahan entalpi molar standar adalah perubahan entalpi standar untuk 1 mol zat tertentu.

Beberapa jenis perubahan entalpi molar standar untuk reaksi kimia, dan juga untuk perubahan fisika:
-          Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (f)
-          Perubahan Entalpi Pembakaran Standar (c)
-          Perubahan Entalpi Pengatoman Standar (at)
-          Perubahan Entalpi Peleburan Standar (fus)
-          Perubahan Entalpi Penguapan Standar (vap)

() reaksi dapat ditentukan menggunakan kalorimeter, Hukum Hess (Hukum Penjumlahan Kalor), dan Energi ikatan.

Kalorimeter adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah kalor reaksi, yakni kalor yang diserap atau dilepas dalam reaksi kimia.

Hukum Hess (Hukum Penjumlahan Kalor) menyatakan:
Jika suatu reaksi berlangsung dalam dua tahap reaksi atau lebih, maka perubahan entalpi untuk reaksi tersebut sama dengan jumlah perubahan entalpi dari semua tahapan.

Energi ikatan atau energi disosiasi (D) adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol ikatan dalam suatu molekul gas menjadi atom-atomnya dalam fase gas.

Kalor pembakaran adalah kalor yang dilepas di dalam suatu reaksi pembakaran. Ada 3 faktor agar pembakaran dapat terjadi, yakni dengan adanya bahan bakar, oksigen, dan kalor untuk memulai pembakaran. Untuk bahan bakar hidrokarbon yang terdiri dari unsur C dan H:
-          Apabila hidrokarbon direaksikan dengan O2 yang cukup, maka diperoleh produksi reaksi berupa CO2 dan H2O. Pembakaran demikian disebut pembakaran sempurna.
-          Apabila hidrokarbon direaksikan dengan O2 yang tidak mencukupi, maka tidak semua unsur C membentuk CO2, sebagian akan berubah menjadi CO. Pembakaran ini disebut pembakaran tidak sempurna.

Referensi : ESIS KIMIA Kelas XI